SAYACINTAINDONESIA — Disini Saya ingin berbagai sedikit analisa dan pandangan Saya terhadap kekuatan Pancasila yang menjadi ideologi bangsa Indonesia selama ini.
Seperti yang kita tahu, dengan sekitar 17.000 pulau yang berbeda, 1.300 suku yang berbeda, dan 719 bahasa yang berbeda, Indonesia tampaknya dapat mempertahankannya setelah 70 tahun. Saya tidak perlu menanyakan alasan di balik bagaimana kita bisa tetap bersama selama ini, karena kita semua tahu alasannya. Klisye memang, Pancasila jawabannya.
Seperti yang kita semua tahu, Pancasila memainkan peran besar dalam semua aspek kehidupan Indonesia. Hukum, ekonomi, pendidikan, semuanya didasarkan pada lima prinsip. Bahkan kehidupan sosial pribadi kita terpengaruh olehnya (jika tidak tahu satu prinsipnya? Maka mungkin kita akan diejek oleh orang-orang atau teman sendiri). Pancasila telah membentuk kita menjadi orang Indonesia sejati, dan itulah sebabnya Pancasila masih tetap relevan hingga saat ini. Kita harus akui bahwa tanpa Pancasila, negara kita tidak akan ada lagi.
Sekarang, kita telah mempelajari semua tentang Pancasila, dan sebagian besar dari kita telah menerapkannya dalam kehidupan kita sebagai individu. Tapi bagaimana kalau kita melangkah lebih jauh, dan membawanya ke ranah internasional? Saya menemukan sumber informasi bahwa pada tahun 2017, Marco Impagliazzo, seorang profesor Sejarah Kontemporer di Universitas Roma Tre di Italia, memuji Indonesia karena ideologinya. Impagliazzo menyatakan bahwa Pancasila harus ditunjukkan kepada negara lain, sekaligus menjadi panutan bagi mereka. Ini membuktikan bahwa Pancasila bisa praktis untuk hubungan di seluruh dunia.
Mungkin kata-kata “Pancasila bisa berguna bagi dunia” terdengar terlalu berlebihan, tetapi sebenarnya tidak. Jika kita mempersempitnya sedikit, kita dapat melihat bahwa setiap dari kita orang Indonesia memiliki potensi untuk menggunakan Pancasila sebagai mesin perubahan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, Pancasila telah membentuk kita menjadi warga negara Indonesia sejati dengan lima prinsip hidup yang kuat. Kita sudah diajarkan untuk menjaga keutuhan negara kita dengan Pancasila. Kini, menjaga keutuhan dunia dalam bentuk perdamaian dunia terdengar seperti sebuah kemungkinan.
Oke, mari kita persempit sedikit lagi. Secara realistis, apa yang bisa kita lakukan sebagai individu? Mari kita bagi menjadi lima prinsip.
Prinsip pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selama ini, hal utama yang kita lakukan untuk menerapkannya dalam kehidupan kita adalah menghormati keyakinan seseorang. Dalam hal perdamaian dunia, kita bisa mengambil tindakan atas ketidakadilan seputar agama dan keyakinan. Coba kita ambil satu contoh kasus yaitu kamp re-edukasi Xinjiang. Muslim Uyghur telah dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi oleh pemerintah Cina di mana mereka dipaksa untuk mengabaikan ajaran Islam mereka seperti mengkonsumsi daging babi dan dilarang berpuasa selama bulan Ramadhan. Mereka juga dimasukkan ke dalam kerja paksa. Ini adalah bentuk-bentuk cuci otak dan jelas-jelas tidak menghormati agama Islam. Apa yang bisa kita lakukan? Hanya sesederhana menandatangani petisi dan menyebarkan kesadaran tentang masalah ini.
Prinsip kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Hak asasi Manusia. Kita mengakui fakta bahwa setiap manusia memiliki hak. Sebagai warga negara Indonesia, kita membuktikannya dengan tidak memperlakukan orang secara semena-mena, apapun yang terjadi. Sebagai warga dunia, kita bisa membuktikannya dengan mengambil tindakan atas apa yang terjadi sesuai dengan hak asasi manusia.
Mari kita ambil gerakan Black Lives Matter sebagai contoh. Orang kulit hitam tidak hanya menghadapi rasisme terang-terangan tetapi juga rasisme sistemik, suatu bentuk rasisme yang dinormalisasi dalam masyarakat, termasuk pendidikan, hukum, peradilan pidana, dan lain-lain. Pada peradilan pidana, kebrutalan polisi berdasarkan rasisme terjadi di mana-mana, dan keadilan masih belum ditegakkan. Ini adalah kasus pelanggaran hak asasi manusia, hanya karena warna kulit mereka.
Aksi protes terjadi di mana-mana, menuntut keadilan atas pembunuhan George Floyd, Breonna Taylor, Tamir Rice, Elijah McClain, dan semua korban ketidakadilan kriminal lainnya. Dalam hal ini, apa yang bisa kita lakukan sebagai orang Indonesia? Bahkan jika tidak dapat bergabung dengan protes, kita masih dapat menyumbang untuk gerakan tersebut, menandatangani petisi, dan menyebarkan kesadaran serta mendukung bisnis milik orang kulit hitam.
Prinsip ketiga, “Persatuan Indonesia”, atau dalam bahasa Inggris, “Indonesian Unity”. Sebesar apapun perbedaan di antara kita orang Indonesia, kita tetap bisa bersatu atas nama Pancasila. Kita bisa mempraktekkannya dalam konteks perdamaian dunia. Berikan contoh kepada dunia dengan cara menjadi panutan dunia tentang kesatuan dalam keragaman. Tunjukkan pada dunia bagaimana persatuan dilakukan.
Prinsip keempat, “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”. Kita berbicara tentang demokrasi dan musyawarah. Sejak kecil, kita selalu diajarkan untuk menghargai pendapat sebagai bentuk kesopanan. Sekarang, kesopanan telah menjadi salah satu spesialisasi yang bahkan dunia tahu itu. Yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk perdamaian dunia menurut prinsip ini adalah tetap setia pada akar kita. Hal-hal sederhana seperti menghargai pendapat orang lain, mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan kita sendiri, dan berdiskusi tidak hanya dengan sesama orang Indonesia tetapi juga orang asing dapat menjadi bentuk implementasi ini. Sekali lagi, jadilah panutan.
Last but not least, prinsip kelima. “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Prinsip ini cukup universal dan dapat diterapkan pada apa pun di dunia. Manusia adalah zoon politicons, makhluk sosial. Kita diciptakan untuk hidup berdampingan satu sama lain. Hidup berdampingan di sini juga berarti bahwa kita harus saling mengakui, menghormati, dan mendukung satu sama lain. Di sinilah keadilan sosial berperan. Kasus ketidakadilan sosial terjadi di mana-mana, setiap saat. Kesehatan, kelaparan dunia, sistem pendidikan, perang, dan banyak lagi, dengan motif yang berbeda juga.
Sebagai orang Indonesia yang berpancasila, kita harus peduli dengan masalah ini, tidak hanya sebagai contoh tetapi juga sebagai warga dunia. Kita bisa berdonasi untuk mengurangi kelaparan dunia. Kita bisa menandatangani petisi untuk ketidakadilan, kita bahkan bisa bergabung dengan pekerjaan sosial. Hal kecil sekecil apapun bisa sangat berarti.
Dunia selalu berubah. Penemuan baru, hubungan baru, dan masalah baru. Tapi juga, solusi baru. Saat ini, kita hidup di dunia yang mulai menerima siapa pun dari latar belakang apa pun, tanpa memandang ras, agama, seksualitas, jenis kelamin, dan banyak lagi perbedaan. Kita bisa mencoba memecahkan masalah dunia dan kita semua dapat membantu. Apalagi dengan kecanggihan teknologi, kita bisa berkontribusi apa saja, tidak peduli jarak.
Sebagai bangsa Indonesia, Pancasila sudah ada dalam darah kita dan terbukti sebagai ideologi terbaik bagi kita. Sekarang, saatnya untuk menunjukkan kepada dunia kekuatan yang dimiliki Pancasila, bahkan melalui tindakan sekecil apa pun. Lantas, mampukah kita menjawab persoalan dunia dengan Pancasila? Yah, kita tidak akan tahu jawabannya kecuali kita mencobanya.