Pelayan Tuhan yang penuh ikhlas

Wanita kelahiran Purworejo ini telah menetap di Amerika Serikat sejak tahun 1997. Sebelum ia meninggalkan Indonesia, Ibu dua orang putri, Tya dan Inka, memiliki pengalaman 10 tahun sebagai suster atau perawat dalam sebuah panti asuhan. “Saya memiliki keinginan untuk mengangkat harkat dan martabat keluarga terutama anak-anak saya. Apalah artinya seorang suster atau bidan di Medan. Saya single mom dan seringkali dipandang sebelah mata,” ucap Goyan mengenang kala itu saat anak-anaknya masih kecil.

Medan adalah kota besar dimana jarak untuk menuju Singapore dan Malaysia sangat dekat. Saat itu orang Medan dianggap sukses bila dapat mengirim anak-anaknya bersekolah dan juga liburan di luar negri. Goyan adalah anak nomer 2 dari 6 bersaudara, “Awalnya tidak sengaja ketika anak saya Tya memiliki kawan yang kerap bermain bersama dan memiliki Ibu yang tinggal di Amerika.” Ibu dari kawan Tya tersebut yang pada akhirnya menjadi orang pertama yang menjembatani Goyan untuk mewujudkan mimpinya ke Amerika. “Saya ingin hidup lebih baik secara finansial dan juga secara martabat.” Saat itu, Goyan sudah bercerai dengan Bapak dan anak- anaknya tersebut. Ia pun memiliki kebebasan untuk anaknya tersebut. Ia pun memiliki kebebasan untuk untuk meninggalkan Indonesia walau tanpa pikir panjang meninggalkan kedua putrinya.

Maka, Goyan langsung mengambil kesempatan yang dibukakan jalan oleh Ibu dari kawan main Tya. “Dua minggu setelah mengurus surat-surat, saya langsung mendapat kerja di Homecare California di Los Angeles. Saat itu, untuk bekerja di luar negri khususnya Amerika masih tergolong mudah. Apalagi tujuan saya adalah state yang banyak dihuni orang Indonesia atau Asia,” ucap Goyan memulai kisah perjalanannnya merintis karir di Amerika.

Hal besar yang menjadi ketakutannya adalah kendala dalam berbahasa Inggris. “Saat itu saya tidak memiliki bekal sama sekali dalam berbahasa Inggris,” jelas Goyan yang merasa ia cukup nekat. Pengalaman pertama ia bekerja untuk orang Filipina yang menetap di Amerika. Goyan hanya bertahan 6 minggu lantaran apa yang dijanjikan oleh orang Filipina tersebut sebagai bosnya, tidak dipenuhi dalam hal kompensasi. “Untunglah Tuhan selalu menolong setiap langkah saya, saya dipertemukan oleh seorang wanita bernama Eva Sitorus. Setelah lepas dari LA, saya pindah ke Colorado. Disanalah saya mulai melihat titik terang masa depan saya di Amerika. Di Colorado, ia bekerja sebagai care giver di Assistant Living. “Pada saat itu, saya memutuskan untuk menyewa kamar atau kos-kosan yang tarifnya $300 per bulan. Disana banyak orang Indonesia yang saling memberi informasi tentang lowongan pekerjaan sehingha saya merasa lebih nyaman ketimbang di LA. Lewat 5-6 bulan, saya pindah ke apartment. Saya bisa kerja ekstra keras.”

Goyan menjelaskan bahwa hidup di Amerika harus pandai menabung dan mengatur pengeluaran di samping tahan banting untuk bekerja keras. Ia pun membuktikan dengan menerima overtime dan bekerja double shift bisa lekas membuahkan hasil yaitu terbelinya 1 buah mobil. “Saya pun menimba ilmu dengan mengikuti kursus Bahasa Inggris di Emmily Griffith. Khusus imigran, membayar kursus sangat murah.” Maka Goyan pun mengambil level dari Intermediate hingga Advance selama 1 tahun.

Melihat peluang sebagai care giver terbuka lebar dan juga passion yang dimiliki, maka Goyan mulai berpikir alangkah baiknya bila ia mengambil Certificate Nurse Assistant (CNA) dan bekerja selama 6 bulan di Meredith sebagai care giver. Setelah 2 tahun menjadi care giver di CNA Meredith, ia pindah ke Marinir Rehabilitasi. “Disini, banyak sekali Ibu-Ibu dari Indonesia yang lulusan UI dan Perbanas dimana memiliki kualitas yang bagus-bagus.” Saat itu, Goyan mulai merindukan anak-anaknya di Indonesia. Namun tekadnya untuk bisa berkarir dan menghasilkan uang sangatlah besar. “Saya mulai berpikir untuk betul-betul bisa menata hidup baru. Kalau saya pulang ke Indonesia, status sebagai single mom atau janda sangat membuat risih dan menjadi omongan orang. Maka sejak saat itu, saya rajin mengunjungi gereja, berdoa kepada Tuhan untuk diberi jalan terang.” Goyang  yang pada dasarnya memang religius semakin religius.

“Pada malam tahun baru tahun 2000, saya mengunjungi kawan. Dalam perjalanan, saya menemukan gereja besar sekali di Denver. Maka, sejak saat itu saya rajin mengikuti kebaktian di gereja tersebut.” Goyan bertemu dengan sepasang suami istri warga Amerika, Kenneth Meier beserta istrinya. Perjumpaan pertama Goyan dengan keluarga Meier itymu berlanjut sehingga hampir setia hari Minggu setelah kebaktian, Goyan bertandang sekaligus makan siang di rumah keluarga Meier.

Kehidupan pribadi Goyan tak kalah menariknya. Pada suatu masa, ia sempat dekat dan berniat menikah lagi dengan pria warga Amerika, namun kandas. Pria itu sempat menipunya dengan cara mengelabui uang jerih payah hasil bekerja dan juga tabungan setelah bercerai sekitar $20.000. Hingga saat ini, sang mantan tak pernah ketawan rimbanya. Setelah itu ia sempat juga dekat dengan pria lain namun terjadi cinta segitiga dimana sang pria memilih wanita lain yang juga berkebangsaan Indonesia.

“Tahun 2009, Goyan mengikuti Sunday school. Sunday school ini beranggotakan single usia di bawah 50 tahun.” Disitu ia bertemu dengan Lyle. Selama 1,5 tahun mereka berpacaran lalu memutuskan untuk menikah. Kini, Goyan dan Lyle hidup bahagia dengan mendirikan Host Home Providers. Total mereka memiliki 3 rumah yang masing-masing dikelola olehnya bersama Lyle. Lyle sendiri memiliki perkerjaan sebagai Doctor Tree atau Forester, tetapi karena dirinya mengalami kecelakaan di tahun 2008, maka mereka bahu membahu mengembangkan Host Home Provider.

Goyan Campbell adalah contoh dari sedikit wanita Indonesia yang hidup di jamannya dimana hak-hak asasi wanita masih serba dibatasi oleh lingkungan, budaya maupun pengakuan masyarakat. Goyan juga merupakan sosok idealisme seorang Ibu yang bertekad meninggikan harkat dan martabat anak- anaknya dengan pembuktian yang tidak mudah. Memulai hidup baru di sebuah negara sebesar Amerika bagi seorang Goyan, janda dengan 2 anak, memerlukan mental baja. Kini, ia telah dapat menikmati keberhasilannya baik secara pribadi dengan menempuh hidup baru bersama Lyle, juga dalam karir dan yang utama, kedua anaknya kini telah dewasa dan mandiri. Tya sudah menjadi Ibu dari 1 anak laki-laki, memiliki karir yang baik di bidang HRD. Sementara Inka, menjadi Flight Attendant sebuah maskapai penerbangan asing di Dubai. “Tuhan selalu memberi yang terbaik dalam hidup saya. Sudah sepatutnya saya melayani Tuhan dengan cara membantu orang-orang terutama wanita yang banyak memiliki mimpi seperti saya di saat muda. Tidak ada yang mustahil selama kita percaya akan kebesaran Tuhan,” demikian Goyan menutup perbincangan.

 

Foto : Goyan Campbell dan Lyle Campbell-koleksi pribadi