SAYACINTAINDONESIA — Apakah Anda termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang pekerjaan dan jurusan kuliahnya ‘tidak sesuai’? Tahu tidak, bahwa kata Nadiem Makarim November lalu, hanya ada sekitar 20% orang di Indonesia yang bekerja sesuai dengan program studinya.
Menurut survei hanya ada sekitar 13% mahasiswa yang merasa mengambil program studi yang tepat. Angka itu bahkan lebih rendah dari tahun 2017 lalu, yakni 37%. Kalau tidak segera dibenahi secara sistematis dan serius, maka dalam jangka panjang Indonesia berpotensi menghadapi ketidakcocokan bidang keahlian pekerja (job-education mismatch) dan bisa berdampak ke penghasilan yang lebih rendah dari pekerjaan lain.
Potensi perbedaan penghasilan ini di Indonesia menurut riset bisa mencapai angka 5%.
Kira-kira apa yang menyebabkan fenomena ini terjadi, dan apa yang bisa dilakukan kedepannya?
Kampus sebagai pit-stop
Seperti ajang balapan, kampus ibarat pit-stop untuk pelajar, persiapan terakhir sebelum mereka masuk ke dunia kerja. Artinya, calon mahasiswa tidak hanya harus memikirkan program studi yang ingin diambil, tapi juga karir setelah lulus.
Namun masalahnya, sistem pendidikan di RI nampaknya belum memberi ruang bagi para peserta didik untuk mengembangkan wawasan ini sedini mungkin. Program magang yang bertujuan memberi kesempatan untuk mengenal lapangan pekerjaan pun baru terjadi saat kuliah, kecuali di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Sementara, para calon mahasiswa sibuk memikirkan berbagai upaya peserta ujian yang harus dilalui agar bisa masuk ke perguruan tinggi, dan kampus pun kurang fleksibel jika ada mahasiswa yang merasa salah ambil jurusan. Padahal, di negara lain seperti Amerika Serikat (AS) kesempatan untuk berganti program studi di tengah proses perkuliahan cenderung lebih terbuka dan sangat mudah.
Minim layanan konseling karir di sekolah
Salah satu yang bisa mencegah salah jurusan adalah bimbingan dan konseling yang baik di sekolah. Namun, melihat statistik job-education mismatch yang begitu timpang, sepertinya layanan ini belum berjalan baik. Butuh kerjasama dari berbagai pihak untuk membenarkan masalah ini, institusi pendidikan harus mulai mengenalkan soal iklim pasar ketenagakerjaan sedini mungkin.
Sekolah juga bisa memberi peluang untuk para murid mencicipi aspirasi karir tertentu sebelum mereka dihadapkan dengan keputusan memilih jurusan kuliah, program magang juga dapat dibuat lebih sederhana melalui dimasukkan ke dalam kurikulum jenjang SMA serta kolaborasi antara organisasi nirlaba dan pemerintah untuk memberi layanan konseling karir berkualitas di sekolah.
Sumber/Gambar: VICE/Unsplash