Muhammad Gunawan (Ogun), Survivor cancer penakluk gunung

0
978
Ogun pendaki gunung
Muhammad Gunawan yang akrab disapa "Kang Ogun" saat berbagi kisah inspiratifnya. (Photo : Manasse)

Muhammad Gunawan yang akrab disapa dengan sebutan kang Ogun adalah salah satu pendaki legendaris Indonesia yang sudah menaklukkan banyak gunung di dunia. Meski menderita kanker nasofaring stadium 4, ia tetap mendaki gunung dan akan kembali mendaki puncak gunung tertinggi di dunia, Everest.

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu penyakit yang diakibatkan oleh pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel pada jaringan tubuh. Dalam proses perkembangannya, sel-sel kanker bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2012 World Health Organization (WHO) mencatat ada 14 juta kasus kanker baru di dunia dan dari angka tersebut 8,2 juta kasus di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, di Indonesia sendiri Kemenkes mencatat, tahun 2016 terdapat 1,3 juta kasus kanker . Angka tersebut naik dari tahun 2015 yang mencapai 1,2 juta kasus.
Ogun penakluk gunung

Muhamad Gunawan adalah salah satu pendaki Indonesia yang tergabung dalam wadah Wanadri sejak tahun 1981, Wanadri adalah perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung.

Ogun sejak muda sudah bolak-balik mendaki Carstensz Pyramid di Papua yang merupakan puncak tertinggi di Indonesia yang juga salah satu dari tujuh puncak tertinggi di tujuh benua dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut.

Pada tahun 1997 lalu, Ogun pernah ikut terlibat dalam “Ekspedisi Mount Everest Indonesia” ia bersama dengan Kopassus dan beberapa pendaki lain menjadi anggota tim ekspedisi. Saat itu, Ogun menggapai Everest melalui jalur utara (Tibet) namun gagal setelah terhenti pada jarak 200 meter menjelang puncak karena hambatan cuaca yang cukup ekstrim.

Ogun dan tim terpaksa turun ke kamp 5 dan Advance Base Camp untuk pemulihan. Namun sebelum melanjutkan kembali pendakian menuju puncak, Ogun dan tim diminta untuk segera menyudahi ekspedisi dan kembali ke Kathmandu, ibu kota Nepal.

Langkah itu diambil karena tim Indonesia lainnya, yang mendaki melalui jalur selatan, telah berada di Kathmandu setelah pendakinya berhasil mencapai puncak Everest.

Ogun bersama team pendaki Kopasus saat “Ekspedisi Mount Everest Indonesia” (Photo : Dok. Pribadi)

Ogun aktif sebagai penasihat di Federasi Panjat Tebing Indonesia, juga aktif sebagai asesor pemandu gunung dan menjabat sebagai penasihat Federasi Arung Jeram Indonesia. Saat ini ia masih terus aktif mendaki berbagai gunung baik di Indonesia maupun di luar negeri

November 2015 Ogun dinyatakan oleh dokter menderita kanker nasofaring stadium 4. Namun hal tersebut tidak mengurangi semangat dan kecintaannya untuk terus beraktifitas dan mendaki gunung.

Bahkan Ogun bertekad untuk kembali mendaki Everest dan menggapai puncak tertinggi dunia tersebut tahun 2018 nanti di usianya yang ke-60 Tahun.

Tentu hal ini tidak mudah buat seorang Muhammad Gunawan, selain cuaca yang ekstrim kondisi fisik yang tidak sekuat dulu tentu akan menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi, namun dengan tekad yang sudah bulat dan semangat yang tinggi, Ogun yakin bisa menaklukkan Everest.

Dukungan dan semangat

Ogun adalah salah satu contoh bagaimana semangat hidup yang tinggi ditambah dengan dukungan dari keluarga dan teman – teman menjadi sebuah kekuatan yang mendorong penderita kanker untuk survive.

Dukungan terhadap Ogun pun terus mengalir dari banyak pihak, salah satu dukungan datang dari seorang dokter bernama dr.M. Iqbal dari Taruna Life Support yang pernah beberapa kali menemani kang Ogun mendaki gunung

Ogun Gunawan
dr. M. Iqbal dari Taruna Life Support yang kerap mendampingi kang Ogun mendaki gunung. (Photo : Manasse)

Menurut dr. Iqbal “kasus” kang Ogun ini cukup unik dan menarik, dr Iqbal menceritakan pengalamannya ketika mendaki Gunung Semeru bersama kang Ogun. Dengan kondisi mengidap kanker nasofaring yang tentunya akan menyulitkan kang Ogun untuk bernafas ditambah kadar oksigen yang cukup menipis di puncak gunung tidak sanggup menghalanginya untuk mencapai puncak Mahameru.

“Tantangan terbesar yang dihadapi kang Ogun adalah benjolan yang ada di rongga pernafasan menekan syaraf mata sehingga penglihatannya menjadi dua, gangguan penglihatan tersebut membuat kang Ogun pusing dan muntah-muntah selama pendakian. Namun yang luar biasa dan cukup mengagetkan saya, ia berhasil mencapai puncak Mahameru” Tutur dr Iqbal yang juga salah satu pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini memberikan kesaksian

Ogun merasa kondisi fisiknya semakin membaik dan lebih fresh setiap kali mendaki gunung. Hal ini juga dibenarkan oleh dr. Iqbal yang kerap mendaki bersama kang Ogun, menurutnya udara pegunungan yang bersih dan bebas polusi menjadi salah satu faktor pendukung yang menyehatkan bagi kang Ogun.

“Proses pendakian dan kondisi di puncak gunung yang dingin dengan oksigen yang menipis, menyebabkan sel-sel tubuh kita banyak yang mati, termasuk juga sel-sel yang terkena kanker, kemudian akan terjadi proses regenerasi sel-sel baru yang sehat. Selain itu udara pegunungan itu kan bersih dan bebas polusi, nah tentu itu sangat baik bagi tubuh penderita kanker seperti kang Ogun ini”. Tandasnya menerangkan kenapa kang Ogun merasa lebih sehat setelah mendaki gunung

Tentu hal ini perlu diteliti lebih lanjut oleh team medis dan kang Ogun bisa menjadi salah satu contoh untuk diamati lebih lanjut, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti kita akan mendengar sebuah metode baru penyembuhan kanker dengan mendaki gunung.

Bukan misi bunuh diri

Banyak teman dan sahabat Ogun yang awalnya khawatir dengan rencananya untuk mendaki Everest tahun 2018 nanti. Mereka khawatir dengan kondisi fisik Ogun dan tidak menginginkan pendakian ini menjadi misi bunuh diri nantinya

Namun hal itu ditepis oleh Muhammad Gunawan dengan menunjukkan persiapannya yang matang. Sebelum mendaki Everest ia mengadakan simulasi terlebih dahulu dengan mendaki beberapa puncak gunung tinggi secara bertahap di Nepal antara lain Yala (5732 mdpl), setelah itu akan mendaki Mera Peak (6476 mdpl) dan Barutse (7129 mdpl).

Kang Ogun berpose bersama putrinya Rizky Poetri Shivalaya dalam sebuah event yang diadakan oleh sayacintaindonesia.com (Photo : Manasse)

Selain melakukan simulasi Ogun juga mengikuti pelatihan mendaki gunung es yang diadakan di Nepal oleh pendaki pendaki kelas dunia yang sudah sering melakukan pendakian ke berbagai puncak gunung es sebagai bekal tambahan nanti untuk mendaki puncak Everest.

Dengan persiapan yang matang seperti ini Ogun seakan memberi sinyal bahwa ia yakin pasti bisa menaklukkan puncak tertinggi dunia dan kembali ke tanah air untuk menceritakan pengalamannya sebagai inspirasi bagi banyak orang.

“Setiap orang memiliki ‘puncak gunung’ masing-masing untuk ditaklukkan, buat saya pribadi puncak Everest adalah sesuatu yang ingin saya taklukkan. Ide ini muncul ketika saya menjalani therapi, saya ingin mewariskan sesuatu kepada anak cucu saya” Ujar Ogun

Untuk pendakian ke Everest dan berbagai puncak gunung tersebut diatas, Ogun dan team tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk itu keluarga dan sahabat sahabatnya menggagas dukungan dengan slogan “Ogun Roads to Everest” yang disingkat ORTE.

Mereka menggalang dana bagi Ogun dengan cara mencari sponsor, juga menjual berbagai merchandise ORTE seperti t-shirt, mug dan barang barang lainnya, termasuk memorabilia milik Muhammad Gunawan

Yudi Latif selaku Ketua Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila turut serta memberikan dukungan langsung kepada kang Ogun. Dalam rangka HUT RI ke-72, UKP PIP memberikan penghargaan kepada 72 orang yang dianggap memberikan inspirasi serta kontribusi nyata untuk negeri. Ogun adalah salah satu penerima penghargaan tersebut.

Yudi Latief, Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila saat memberikan dukungan kepada Ogun (Photo : Manasse)

“Orang-orang seperti kang Ogun ini harus kita support, kenapa ? selain karena prestasi dan kontribusinya yang membanggakan, semangat hidupnya yang tinggi dan kegigihannya ditengah keterbatasan menjadi inspirasi bagi banyak penderita kanker lainnya untuk survive” Ujar Yudi Latief

Hati yang gembira adalah obat yang manjur

Tubuh kita sendiri sebenarnya memproduksi “obat” alami bernama Endorphin atau yang sering disebut sebagai hormon bahagia. Hormon ini di produksi tubuh ketika hati kita gembira, senang dan bersemangat, demikian juga sebaliknya kita akan merasa lebih bersemangat saat tubuh memproduksi hormon endorphin.

Endorphin mengendalikan rasa sakit dan nyeri, meningkatkan imunitas tubuh sehingga dianggap sebagai zat penghilang rasa sakit yang alami. Level Endorphin pada masing-masing orang berbeda beda.

Sikap optimis dan kebahagiaan yang dirasakan kang Ogun setiap mendaki gunung mungkin membuat Endorphin yang diproduksi dalam tubuhnya meningkat sehingga ia selalu merasa semakin sehat usai menyelesaikan pendakian.

Baik dr Iqbal maupun dokter lain yang mengenalnya mengaku kagum dan memuji semangat yang dimiliki kang Ogun serta dukungan dari teman-teman di sekelilingnya, semoga kisah kang Ogun bisa menjadi inspirasi bagi penderita kanker lainnya untuk selalu memiliki semangat hidup yang tinggi.

Tidak bisa dipungkiri, untuk survive mengatasi kanker, dibutuhkan semangat hidup yang tinggi serta dukungan dari keluarga dan teman teman dekat, tentunya disertai dengan gaya hidup dan pola makan yang sehat.

Dukungan keluarga dan teman-teman berupa penggalangan dana untuk Ogun Roads To Everest (Orte)