MARIA LEEDS SANG PENARI

0
390

 

Maria Leeds merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Wanita kelahiran 14 April 11972 di Ngawi adalah ibu dari Luis William Mahendra Leeds (16), Amelia Ashley Jade Maharani Leeds (14), dan Jonathan Geoffrey Mahardhika Soekarno Leeds (8).

 “Masa kecil saya hampir berkesan semua karena saya dibesarkan di keluarga besar yang hidup pas-pasan di sebuah desa tanpa hiburan, tanpa bergelimang harta tapi selalu penuh dengan kasih sayang dan dalam lingkungan yang berbeda-beda agama dalam satu keluarga.” ujar Maria menceritakan tentang keluarganya.

 “Saya selalu berangkat sekolah jalan kaki tanpa memakai sepatu, sekitar 5 km menuju sekolah saya. Karena saya dari orang tidak mampu, saya mau membuktikan bahwa anak oraang miskin ini adalah anak pintar dan rajin, saya selalu mendapat juara 3 besar di kelas.” jelas Maria yang juga aktif dalam olahraga seperti pencak silat, kungfu, pramuka, Saka Wana Bakti, mewakili sekolahnya semasa SMP dan SMA dalam perlombaan menyanyi menari baca puisi drama Cerdas Cermat dan bahkan pernah mewakili SMAnya mengikuti lomba lari 400 mtr sampai tingkat provinsi.

 Cita-citanya sejak kecil menjadi Polisi Wanita terinspirasi dari kegiatannya sejak kecil di sekolah sebagai Polisi Keamanan Sekolah. Ketiga saudaranya laki-laki, dan pemain judo, maka tak heran maka Maria kecil ikut-ikutan berperilaku tomboy. Masa kecil Maria sering di habiskan bermain2 di sawah, berenang di sungai yang kotor keruh dengan kerbau2 di sekelilingnya dan naik ke kerbau, ah masa kecil yang susah di lupakan. Mungkin karena itulah juga Maria sering menjadi leader di kelasnya dan terpilih menjadi Ketua OSIS sewaktu di SMP dan di SMA. Melihat kelakuannya tersebut, orangtuanya lantas memasukannya ke sanggar tari. Cita-citanya menjadi Polwan pupus lantaran kakak laki-lakinya yang juga polisi mas Bambang dan satunya lagi di Akmil, Mas Edo pernah iseng menantang , “Beneran mau jadi Polwan? Gajinya ngga banyak lho dan harus tugas berat termasuk berguling-uling di tanah kotor saat ujian masuk kepolisian.” maka Maria kecil pun urung melanjutkan cita-citanya menjadi Polwan bukan karena kata-kata kakaknya tapi karena Maria kecil selalu ingin mencoba hal yg baru, maka iapun mencoba mencintai dunia tari menari walaupun saat itu Maria sebenarnya lebih senang bermain petak umpet atau main ketapel dengan temannya. Akhirnya Maria sering tampil di pernikahan pentas sekolah ataupun lomba2seni. Walaupun terkadang memerankan lakon sebagai pria karena Maria paling tinggi dan paling kurus di sanggar pimpinan Alm Bapak Madi

Maria kadang-kadang masih menari untuk mencari tambahan uang saku di samping bekerja sebagai salah sekertaris di perusahaan kecil di Surabaya. Tapi karena harus menghidupi diri sendiri dan membayar uang kuliah sendiri tanpa sepeserpun bantuan dari orangtuanya membuat Maria masih saja sering mencari peluang untuk menambah uang saku.Maria pun mendaftar di agency Jawa Post Modelling bersama dengan Givency Modelling dan sering membawakan peragaan busana di Surabaya dan masuk di Koran Jawa Pos.

Lantaran pekerjaannya sebagai sekretaris sulit mendapatkan izin untuk tidak masuk kerja karena harus memeragakan busana, iapun sering di marahin bos nya karena sering ijin atau alasan lain demi keluar kota untuk memperagakan busana. Maka iapun berhenti menjadi sekretaris. Maria fokus ke kuliah , menari dan menjadi peragawati.

Sampai pada suatu hari tanpa di duga, tahun1991 orang tuanya Bpk Soekarno dan Ibu Soedarmi menengok Maria di Surabaya. “Saya tidak tahu kalau Bapak ke Surabaya dan kita ngga sengaja ketemu di Terminal Bus pas pada saat saya akan berangkat ke Studio untuk pemotretan dan peragaan busana ke luar kota. Bapak memberikan berkas ke saya dan minta agar berkas itu di tindak lanjutin.. ternyataaaaaa…. diam-diam bapakmendaftarkan saya menjadi pramugari!! Pada saat itu, kakak perempuanku mbak Christien sudah menjadi pramugari di maskapai penerbangan Garuda Indonesia, sehingga Bapak memasukkan lamaran ke maskapai penerbangan lain yaitu Merpati Nusantara Airlines.”

Puji Tuhan, sejak thn 1992 Maria resmi menjadi pramugari yang aktif dan sering bepergian, baik dalam negri terutama pelosok nusantara maupun luar negri hingga akhirnya suatu hari penugasan ke Australia dan ia harus bermalam di Melbourne selama 5 hari, saat itulah awal cerita dari segalanya.

“Saya punya kawan bernama Dewi Bedak, dia memang gemar sekali bedakan makanya dinamakan Dewi Bedak. Dewi tidak terlalu pandai berbahasa Inggris, suatu hari ia minta ditemani ke toko souvenir untuk membeli kaos. Maka, saya yang menjadi penterjemah Dewi saat berbelanja. Tiba-tiba saat kami asik berbelanja, ada bule yang langsung ’menodong’ saya dan berkata, “Excuse me, what’s your name?” Saya terkejut tetapi mencoba tenang dan menjawab ” Saya Dewi..”. ternyata bule tersebut ownernya. Bule tersebut memanggil nama Dewi pas kita berdua keluar dari tokonya dan ketahuanlah kalau kita kerjain.. tanpa basa basi Dia langsung mengajak untuk dinner!!” kenang Maria tentang perjumpaannya dengan Dean tahun 1997.Yang pada akhirnya menjadi suaminya dan memberinya 3 orang anak. “Anak-anak suka sekali minta di ulang cerita perjumpaan pertama kalinya antara Mummy and Daddy ini. Kata mereka lucuuu…”

 Dean memang gigih untuk mengambil hati Maria, bahkan Dean mencari Maria via telepon dimana nama Maria ada banyak di perusahaan tempat Maria bekerja. Pada Desember 1998, Dean terbang berniat menemui Maria di Surabaya. “Pada saat itu saya sedang nonton film Titanic bersama teman dekat yg lagi PDKT, dia seorang dokter kandungan. Namun Dean berhasil membujuk Maria untuk pergi bersamanya ke Ngawi untuk menemui orangtua Maria dan NEKAT bilang kalo Dia ingin Maria ikut ke Australia “Orangtua saya sangat kental dengan budaya Jawa, bapak menanyakan berapa gaji Dean, asal usul Dean dan mengatakan bahwa bapak tidak tahu tentang adat budaya orang bule.”

Singkat cerita, tahun 1999 Maria menikah pada usia 27 tahun sedangkan Dean 28 tahun. Dan di tahun 2000 lahirlah putra pertama mereka, Luis. “Saat itu kesibukan mulai meningkat, bisnis Dean berjalan sangat lancar dan pesat. Dari 1 toko kemudian menjadi 3 toko. Hampir setiap hari, Dean melakukan perjalanan dinas termasuk ke luar negri berkaitan dengan bisnisnya juga usaha restauran yg sedang kami rintis di Sanur Bali. Perekonomian kami sangat baik bahkan di atas rata-rata apalagi dengan kelahiran anak kedua Amelia di tahun 2002,” papar Maria mengenang masa-masa bahagia berumahtangga dan bekerja sebagai Manager di Toko Souvenir kepunyaan bersama. Maria tidak melupakan kewajiban sebagai anak yang berbakti kepada orangtua untuk menyokong keberlangsungan hidup kedua orangtuanya. Dan juga menyekolahkan adik2nya Ndul dan Ari di Indonesia.

“Kemudian kami berniat membuka cafe satu lagi di Seminyak Bali, itu sebabnya kami sering berkunjung ke Bali tetapi ternyata itu menjadi awal dari retaknya rumah tangga kami. Sampai anak ketiga Jonathan lahir di tahun 2007 dan berumur 4 bulan saya memutuskan untuk mengakhiri rumah tangga yang hampir 10 thn terjalin. Demi menjaga perasaan anak- anak saya dan agar rasa hormat mereka ke Daddynya tidak berkurang biarlah penyebab hancurnya pernikahan yg hampir membuat Maria kehilangan jati diri ini akan Maria simpan saja.

“Hidup sebagai orang tua tunggal di negara lain tanpa ada satu keluargapun yang menemani itu sangaaaaat berat.” aku Maria.Atas berkat dan kekuatan Tuhan yang tiada habisnya bisa membuat Maria bertahan dan kuat menjalani hidup. Maria harus mulai dari Nol lagi dengan 3 anak yang masih kecil. Anak-anaklah sumber segala kekuatan, sumber inspirasi dan anak-anaklah yang membuat Maria masih bernafas dan selalu terseyum sampai detik ini dan menjadi orang yang TEGAR seperti ini. “Puji Tuhan anak sulung saya Luis Leeds menjadi pembalap yg di perhitungkan di Australia dan dunia Internasional bahkan tahun 2016 ini Luis masuk Team RedBulls Junior yang di tahun 2017 nanti dengan Team Josef Kaufmann Racing bertanding di katagori Renault Formula 2.0 , Eurocup dan NEC series. Amelia anak kedua berprestasi di dunia cheerleader nya dan berkompetisi di tingkat National dan Internasional. Sementara anak bungsu Jonathan masih berkompetisi di tingkat regional sbg pemain footy (olah raga Orang Australia) dan sebagai pelari mengikuti jejak saya,” cerita Maria dengan bangga terhadap prestasi anak-anaknya.

“Satu yang selalu saya tekankan dan nasehat kan ke anak- anak, “Be Humble , Down to earth, always have attitude in any situation serta selalu bersyukur ke Tuhan. Because we are nothing without attitude and manners.” sungguh ajaran yang sangat bagus mengingat saat ini generasi muda sangat tidak peka terhadap tata krama sebagaimana yang masih dijunjung dalam adat timur.Tahun 2016 ini tahun yg sangat membahagiakan bagi Maria karena sudah mendapatkan seorang Malaikat kiriman dari Tuhan, seseorang yg bernama Tony Parker yg sangat mencintai, menyembuhkan luka hati dan berhasil membuka hati Maria yg tertutup bertahun-tahun lamanya. Tony mampu membuat seorang Maria percaya akan ketulusan hati seorang lelaki dan menyayangi anak-anaknya dan yg terutama sangat mendukung kegiatan Maria sebagai Duta Budaya di Australia untuk mengenalkan budaya-budaya tari tradisional.

Dengan Tony lah Maria mulai mengurai hal yg dulu jarang di lakukan selama tinggal di Australia. Tradisi Barbeque/BBQ, camping di luar, olah raga taekwondo, keliling Victoria danmelakukan perjalanan dengan mobil ke Canberra, Sydney. “Tour menari keluar kota dan di temani oleh seseorang yg dekat dan mendukung 100% bahkan kadang Tony ( terpaksa ) ikut menjadi asisten saya karena di todong di tempat oleh murid sekolah di mana saya pentas dan workshop. Semoga Tony menjadi pelabuhan terakhir ..Amin,”

 Cultural Infusion tempat Maria bekerja adalah perusahaan multicultural yg memberikan kesempatan sangat luar biasa untuk mengembangkan sayap-sayap bakatnya di dunia tari, di samping sanggarnya sendiri yaitu Sanggar Nimar Laras dan Sanggar Sang Penari Indonesia.

“Ada pengalaman lucu berkesan yg sampe sekarang tidak pernah terlupakan selama saya menjadi penari .. Saat itu saya bekerja di Age Care atau tempat jompo. Saya membuat program Multicultural Day. Dan menari di depan para penghuni panti itu. Semua senang bahkan ada yg menangis karena belum pernah melihat penari dengan kostum yg mewah dan glamour. Setelah selesai menari saya kembali kerja dan menengok beliau.. Hampir di tiap kamar mereka cerita tentang seorang penari yang cantik luwes kayak burung merak ( Tari Merak ), ada yg bilang kayak putri karena saya menari Jaipongan juga dan mereka cerita tentang Indonesia.. ah.. jadi terharu,” kenang Maria tentang pengalamannya.

 “Saya tidak akan pernah berhenti menari selama badan saya masih mampu untuk menari. Karena obsesi saya adalah orang-orang di Australia bisa mengenal Indonesia bukan dari beritaburuk saja tapi Indonesia itu indah dan damai seperti tarian-tarian saya.” Harapan Maria, semoga suatu saat nanti, sesama seniman bisa mempunyai misi dan visi yg sama untuk membawa nama Indonesia makin harum di mata dunia internasional.”Dan dengan keberadaan saya sebagai single mum bagi  3 anak yang tumbuh berkembang serta mempunyai prestasi di tingkat Nasional ataupun International bisa menjadi inspirasi bagi wanita manapun. Walaupun saya harus bekerja di 4 tempat, selain sebagai penari saya juga bekerja sebagai guru di bidang cultural education di CERES Environment dan sebagai artis Extra di film layar lebar dan film TV di Australia juga di Age Care (Panti Jompo)”

Kegiatan dan kesibukan Maria sebagai penari membuatnya selalu optimis dalam menjalani hidup. Tidak ada kata  menyerah karena saya yakin Tuhan selalu menyertai langkahnya. “IT’S ALWAYS BRIGHT LIGHT AT THE END OFTHE TUNNEL,” demikian Maria menutup kisahnya dengan manis, manis seperti senyumnya yang tidak pernah lepas tak hanya kala menari tetapi juga saat bertutur kata dan bercanda dengan orng-orang yang dikenalnya…You are gorgeous lady, Maria, indeed…

 

SHARE
Previous articlePANCASILA dalam sinema
Next articleEndang Cundriani, Chef cantik di Amerika Serikat pecinta hewan
I am the owner and founder of SCI MEDIA www.sayacintaindonesia.com. With a strong background as a media writer since 1994 from various magazines and newspapers and an independent writer for non-fiction books I have launched built me to have excellent skill in communication with people. I also have the skill to build corporation and personal images such as being coach for beauty contest and working as Artist Manager. I have experience gathering information to write personal biography books along with speaking at seminars and mentoring young women. I was affiliated with more than 50 organizations mostly about women empowerment I was a leader for some projects in Indonesia Ministries. I handled the PR of my party in the presidential election. I have worked with seminars, workshops, talk shows from various topics such as healthy lifestyle, how to become good writer, and others.