Ini merupakan artikel pertamaku. Perkenalkan namaku Wenny Paulina Monika. Aku baru saja meluluskan S1 pada bulan Januari 2020 lalu. Walaupun baru lulus kuliah, aku memiliki pengalaman bekerja walau bukan di perusahaan. Selama kuliah aku menyibukkan diri dengan bekerja. Bahkan sebelum kuliah, setelah lulus SMA, aku bekerja di sebuah restoran dekat rumah. Aku ingin tahu rasanya jadi mereka, para waitress. Senang sekali rasanya ketika memiliki gaji pertama hasil kerja sendiri.
Aku menemukan beberapa hal selama aku bekerja sebagai waitress, yaitu aku menjadi mengenal diriku bahwa aku tidak suka bekerja di bawah orang lain, sebab aku tidak dapat menyalurkan ide-ideku. Pengalaman lainnya, aku dan rekan-rekan kerjaku akan selalu berhadapan dengan beberapa konsumen yang melihat kami sebelah mata. Menyuruh dengan sombongnya, melihat kami dengan angkuh, bahkan untuk sekedar menjawab sapaan kami saja tidak, dan tidak sabar untuk dilayani. Pandangan atau persepsiku berubah setelah aku bekerja sebagai waitress di restoran tersebut. Aku membuat janji pada diriku sendiri, saat itu aku masih berumur 18 tahun, bahwa aku akan memperlakukan manusia sebagai manusia terlepas apapun itu jenis pekerjaan mereka atau jabatan mereka. Aku tahu rasanya jadi mereka. Aku berhenti bekerja di bistro bar tersebut setelah kegiatan perkuliahan dimulai.
Setelah berhenti, aku mencari pekerjaan baru yang dapat aku lakukan sambil berkuliah. Pada 2014 akhir beberapa bulan setelah berkuliah, aku mendapatkan tawaran dari seorang teman untuk menjadi guru tutor pelajaran sekolah dengan bayaran lima puluh ribu rupiah per sekali datang dengan murid yang dipegang sebanyak 5 orang maksimal. Aku menemukan bahwa aku senang mengajar, tapi upah yang kudapatkan sangatlah tidak setimpal dengan waktu dan tenaga yang sudah kuberikan. Bahkan, bayaran atas jasaku mengajar sering diberikan terlambat oleh pemilik dan yang paling parah, pernah terlambat hampir satu bulan. Akhirnya, pada tahun 2015 aku mendirikan usaha bimbingan belajar
(bimbel) milikku sendiri di rumah. Aku mengajar semua pelajaran saat itu, kecuali agama. Aku mengajar dari tingkatan SD, SMP, dan SMA. Kalau sekarang? Jangan ditanyakan lagi, aku sudah lupa pelajarannya hahahaha…
Aku jadi tahu rasanya menjadi bawahan. Pengalamanku tersebut belum begitu berat jika dibandingkan dengan para buruh yang sering di PHK sepihak atau upah para pekerja yang sangat kecil dan tak sebanding dengan jerih payah mereka yang mungkin bahkan tidak cukup untuk membiayai keluarga mereka. Cerita-cerita para pekerja ataupun buruh yang sering kita saksikan di televisi ataupun kita baca di berita akan hanya sekedar menjadi sebuah cerita lalu bila kita sebagai generasi penerus bangsa tidak memiliki simpati dan memperbaiki persepsi kita dalam menghargai para pekerja/buruh. Maka dari itu, sebagai generasi para penerus bangsa Indonesia, mungkin suatu hari kita akan berada di atas menjadi seorang pemimpin sebuah perusahaan atau sebuah negara, yuk kita membuat negara ini menjadi lebih baik untuk tetap memanusiakan manusia.
Penulis : Wenny Paulina Monika
Foto : Koleksi Pribadi