Saya penikmat musik. Itu jelas sejak saya lahir ke dunia yang namanya musik lekat dalam keseharian saya. Waktu bayi, saya punya mainan music box yang menemani saya tidur. Berangkat usia sekolah saya aktif bernyanyi di RRI ( Radio Republik Indonesia ) satu-satunya radio top di tahun 1970 an. Pun di televisi yang hanya didominasi stasiun televisi pemerintah TVRI. Warnanya masih hitam putih.
Usia saya 8 tahun di tahun 1975. Dan saya setiap minggu bernyanyi di RRI mengisi sebuah program acara bernyanyi untuk anak-anak dengan penyiar RRI super senior Ibu Retno. Coba dihitung usia berapa pembaca disini ketika itu ? Hahaha…mungkin nenek atau mama kalian seusia saya.
Di TVRI saya menjuarai beberapa lomba menyanyi yang diasuh ibu Mul dan bapak AT Mahmud kala itu. Piala berjejer, hadiah membanjir juga rupiah. Ibu saya memang supporter paling hebat dalam hal bermusik. Beliau bisa bermain piano dan harmonika. Usianya saat ini 94 tahun saat ini. Ayah saya penikmat hampir semua jenis musik kecuali dangdut dan gambus. Saya mendengarkan lagu dari Beatles, Bee Gees, Connie Francis, Frank Sinatra hingga Koes Plus, Nia Daniati dan beberapa yang di waktu itu sedang naik daun tentunya.
Sulit rasanya satu hari tak bermusik. Saya bermain drums dan keyboard di waktu yang memungkinkan hingga usia separuh abad. Musik membuat hidup semakin hidup. Musik mengasah kepekaan kita tidak hanya soal indera pendengaran dan perasa, tetapi juga mengasah kepekaan kita dalam melihat situasi. Kita bisa mengetahui suasana yang terjadi sebelum situasi itu bener-bener terjadi. Ya! orang bermusik seringkali seperti paranormal dalam arti mengetahui apa yang akan terjadi dalam beberapa waktu kedepan.
Glenn Fredly adalah salah satunya. Oh God, sampai saat ini saya selalu jauh menerawang dan tak habis pikir bahwa ia sudah tiada. Glenn adalah legend menurut saya dan saya yakin banyak yang berpikiran sama. Semua terhentak ketika mendengar kabar dia telah pergi selamanya tak terkecuali saya. ” Glenn meninggal ya ” itu ucapan anak saya saat makan malam. ” Ah hoax kali ” kata saya. ” Engga bener ! ” kata anak saya sambil memperlihatkan deretan media yang memuat berita tersebut dan berbagai media sosial yang ramai memperbincangkan hal tsb. Entah kenapa hati saya seperti kapas yang tertiup angin. Tak percaya, tak berdaya, tak bisa menerima, tak tahu mesti apa…
Saya tidak ada hubungan sama sekali dengan Glenn Fredly. Tetapi saya selalu memiliki momen penting setiap kali Glenn menelurkan album baru. Suara Glenn pertama kali saya dengar di TV saat saya masih menjadi seorang ibu muda. Cukup Sudah, itu lagu pertama yang saya dengar. Kala itu tahun 1998 dan Indonesia sedang gencar dengan masalah krismon dan reformasi. Namun…suara Glenn hadir mencuri perhatian saya dan juga berbagai kalangan. ” Ini orang suaranya keren, penampilannya unik, ga sok kecakepan model penyanyi cowok lainnya ” itu yang saya katakan pada anak saya walau dia usia 7 tahun saat itu namun anak saya juga penikmat musik dan menjuarai berbagai lomba menyanyi seperti saat saya kecil.
Saya yang bak kapas kosong itu lantas ke kamar mencoba mencari tahu kenapa orang keren seperti dia cepat pergi tatkala dia masih dicintai banyak orang, ketika dia berjuang banyak untuk dunia permusikan seperti menghidupkan Lokananta perusahaan rekaman jaman dulu, menjadikan Ambon sebagai kota musik dunia, bahkan menyatukan keretakan para penganut berbagai agama dalam kebersamaan dalam Republik ini.
Saya menangis…teman-teman di media sosial yang saling sahut-sahutan dalam ruang chatting pun hanyut dalam sedih pedih dan sakit kehilangan Glenn. Jujur, saya bukan orang cengeng. Bahkan orang yang tergolong keras dan sangar. Namun saya selalu merasa kehilangan orang-orang baik, orang-orang berprestasi, orang-orang yang berguna dan masih diperlukan oleh banyak orang….Belum lama saya menangisi Freddy Mercury, vokalis Queen, lalu saya menangis untuk Glenn…bahkan saya hadir ke pemakamannya untuk sekedar melepasnya turun ke liang lahat.
Saya tahu saat ini pandemic Covid19 sungguh berbahaya pergi ke tempat dimana prosesi pemakaman dan bertemu berbagai kerumunan orang. Namun saya tetap berada disana untuk menghormati musisi keren dan indah hati ini. Suami saya mengatakan, sehabis menghadiri pemakaman, mampirlah ke rumah sakit untuk melakukan rapid test, blood test dan jangan masuk kerumah tapi mandi di kamar mandi yang letaknya terpisah dengan rumah yang memang kita siapkan khusus selama pandemic ini untuk digunakan setelah bepergian. Demi bisa hadir di pemakaman itu semua saya turuti.
Buat saya, menghormati kepergian seorang musisi adalah bagian dari apa yang saya yakini untuk memberikan penghargaan atas persembahan karya-karya indahnya yang juga menyatukan kita semua yang saat ini retak terbelah atau bahasa trending topic di twitter soal kehilangan Glenn adalah ” hatiku potek karena ditinggal Glenn ” itu! betapa banyak orang yang mencintaimu Glenn.
Glenn tak terganti. Penyanyi yang keren adalah yang lagu-lagunya sulit dinyanyikan oleh penyanyi lain. Rasanya aneh kalau bukan dia yang menyanyi. Menyanyi itu dari HATI bukan sekedar teknik dan teknik saja !
Well….saya ingin sekali membuat sebuah karya untuknya entah apa bentuknya. Buku? Kompilasi kata-kata untuknya ? Atau ….atau…belum tahu apa tapi ingin.
Malaikat juga tahu….kamu yang pasti juaranya ! Selamat jalan Bung, selamat jalan adik, selamat jalan penyanyi terbaik….you are a legend, Glenn will never end !
Penulis : Ayi Putri Tjakrawedana